DownloadDokumen Program Pengembangan Kewirausahaan. Type: PDF. Date: September 2020. Size: 109.5KB. Author: smp pgri626. This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA.
PENGEMBANGANJIWA KEWIRAUSAHAAN..10 Kegiatan 1. Merefleksikan tentang Kewirausahaan Monitoring dan Evaluasi Program Taman Kanak-Kanak..94 Bahan Bacaan 11. Menyusun Laporan 5. Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memiliki dokumen-dokumen sebagai berikut: a. Profil Taman Kanak-kanak b. Rencana Kerja Taman Kanak-kanak
Kopsis Kewirausahaan Sekolah sebagai dokumen Program Kepala Sekolah. Program Koperasi Siswa atau yang disingkat dengan (KOPSIS) di susun sebagai bentuk penanaman dan pengembangan konsep kewirausahaan dilingkungan sekolah. Dalam kesempatan ini kami keluarga besar sekolah dasar negeri 4 aikmel mencoba untuk melakukan kegiatan pembelajaran kepada
DokumenPengembangan Kewirausahaan Nasional. Dokumen Pengembangan Kewirausahaan Nasional adalah dokumen yang memuat uraian pedoman umum Pengembangan Kewirausahaan Nasional. Referensi Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022; Share. BIRO HUKUM KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI. JL. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat 10340
PROGRAMPENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN. MAN 3 KEBUMEN. TAHUN PELAJARAN 2019/2020. Oleh. Drs. Muntohar. NIP. 196904301994031001. MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KEBUMEN. Jalan Pencil No. 47 Kutowinangun Kebumen 54393. Telp. (0287) 661119 Faksimil (0287) 661536. KATA PENGANTAR.
angka seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. PROGRAM PENGEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAANMA DARUL AâMAL METROTAHUN PELAJARAN 2020/ Program kewirausahaan yang sudah dilaksanakan di MA Darul AâmalMetro tahun ajaran 2019-2020 adalah sebagai berikut menghapal Asmaul kewirausahaan yang akan dilaksanakan di MA Darul AâmalMetro tahun ajaran 2020-2021 adalah sebagai berikut Guru Sains Madrasah KSM Tingkat Qurâ Pengembang SekolahSusunan TIM Pengembang MA Darul Aâmal Metro tahun ajaran 2020-2021sebagai berikut Program Kewirausahaan Tahun 2020-2021Berdasarkan hasil analisis dari program yang ada oleh TIM pengembangsekolah menghasilkanprioritasprogramkewirausahaanyangakandilaksanakan pada tahun ajaran 2020-2021 sebagai berikut pengembangan Sains Madrasah KSM Tingkat KutubWant to read all 5 pages?Previewing 3 of 5 pagesUpload your study docs or become a to read all 5 pages?Previewing 3 of 5 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 5 pages?Upload your study docs or become a member.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Design model dalam penelitian ini menggunakan model CIPP. Penelitian ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan tiga aspek yang dievaluasi yakni hasil belajar siswa, respon orang tua, dan respon siswa. Pada aspek hasil belajar, semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Implikasi dalam penelitian ini, diharapkan program entrepreneurship berdampak pada motivasi belajar siswa dan membudayakan kecakapan life skill siswa sekolah dasar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Jurnal Basicedu Volume 3 Nomor 3 Tahun 2019 Halaman 861-869 JURNAL BASICEDU Research & Learning in Elementary Education EVALUASI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DI SDK PENABUR Gendis Woro Pawestri1, M. Syarif Sumantri2, Erry Utomo3 Universitas Negeri Jakarta, Indonesia Email Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Design model dalam penelitian ini menggunakan model CIPP. Penelitian ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan tiga aspek yang dievaluasi yakni hasil belajar siswa, respon orang tua, dan respon siswa. Pada aspek hasil belajar, semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Implikasi dalam penelitian ini, diharapkan program entrepreneurship berdampak pada motivasi belajar siswa dan membudayakan kecakapan life skill siswa sekolah dasar. Kata Kunci Evaluasi Program, entrepreneurship, siswa sekolah dasar. Abstract This study aims to determine the learning outcomes of students in SDK Penabur in the implementation of entrepreneurship programs especially in mastering skills and character as well as obtaining scores in national examinations. This study uses an evaluation method with a qualitative approach. The design model in this study used the CIPP model. This research was conducted at SDK Penabur in the Jabodetabek area. The results show three aspects evaluated, namely student learning outcomes, parental responses, and student responses. In aspects of learning outcomes, all criteria are stated to have been fulfilled. The aspects of the response of parents and students are several criteria that are not yet appropriate, namely the criteria of parents and students who understand the nature, purpose and benefits of implementing entrepreneurship programs. The implication in this study is that entrepreneurship programs are expected to have an impact on students' learning motivation and cultivate the skills of life skills of elementary school students. Keywords Program Evaluation, entrepreneurship, elementary school students. Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2019 ïȘ Corresponding author Address ISSN 2580-3735 Media Cetak Email ISSN 2580-1147 Media Online Phone - 861 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 PENDAHULUAN Adanya perkembangan dan kebutuhan diadakannya revisi Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan di masa depan. Karakteristik guru abad 21 ke dalam 5 kategori, yaitu 1 mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar kreatifitas peserta didik 2 merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan assesmen era digital 3 menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital 4 mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital 5 berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan. Daryanto & Karim, 20173. Menurut OECD, 2015, merekomendasikan bahwa negara-negara harus memiliki muatan pelajaran kewirausahaan di semua tingkat pendidikan. Pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan kewirausahaan tidak hanya terbatas pada konteks kognisi, tetapi juga mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki life skills yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari di masa mendatang. Kecakapan hidup yang telah dimiliki peserta didik diperoleh tidak sebatas pengetahuan saja yang dihafalkan tetapi juga paham bagaimana cara menggunakan pengetahuan tersebut untuk memecahkan permasalahan sehari-hari Kasapoglu, Didin, & Life, 2019; Kurtdede-fidan, 2018. Kewirausahaan entrepreneurship menjadi salah satu program utama yang dicanangkan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan saat ini. Hal ini dilakukan untuk dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan stabilitas perekonomian bangsa yang berdampak pada pencapaian kesejahteraan masyarakat. Entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain Wijatno, 2009. Menurut Pearson, 2014, entrepreneurship terdapat empat aspek dasar ; 1 entrepreneurship melibatkan proses penciptaan, artinya menciptakan sesuatu yang baru 2 entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha, para entrepreneur selalu menghargai waktu dan berusaha menciptakan sesuatu yang baru secara maksmal menjadi pedoman dalam proses kegiatan 3 entrepreneurship memiliki resiko tertentu, bentuk resiko pada area ini antara lain resiko keuangan, resiko psikologi dan resiko sosial 4 entrepreneurship melibatkan imbalan sebagai entrepreneur , imbalan yang paling penting adalah indepedensi, diikuti oleh kepuasan pribadi Wijaya,2017. Entrepreneur merujuk pada pribadi yang berani dalam menciptakan sesuatu serta berani mengambil segala resiko dalam proses entrepreneurship Kuswantoro,2014. Kewirausahaan memiliki tiga indikator utama, yaitu berpikir sesuatu hal yang baru kreatif, bertindak melakukan sesuatu yang baru inovatif, serta ingin menciptakan nilai tambah Wijaya, 2017. Secara sederhana arti wirausahawan entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Rajawali, 200916. Berdasarkan arti tersebut, peserta didik diajarkan juga untuk berani mengambil resiko dalam mempraktekkan kegiatan entrepreneurship, sekalipun hasilnya kurang maksimal setidaknya mereka mau mencoba membuatnya. Praktik pendidikan kewirausahaan, seringkali diusulkan bahwa pembelajaran dalam pendidikan kewirausahaan harus dilakukan melalui proses kewirausahaan mirip dengan bagaimana pengusaha belajar. Pedagogik yang diterapkan pada pendidikan kewirausahaan harus dibangun di 862 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 atas peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Informasi harus dibuat secara kolaboratif, dan kegagalan harus diterima sebagai bagian dari proses pembelajaran. Metode kerja harus mengaktifkan proses dan refleksi pembelajaran yang dibagikan peserta didik Plum, 2014; Shavinina, 2013; Ruskovaara &Pihkala, 2015 Perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa mengalami tiga periode lamanya yang didasarkan atas gejala perkembangan jasmani dan masing-masing tujuh tahun, yaitu Fase I dari 0 sampai 7 tahun, masa anak kecil ke masa bermain. Fase II dari 7-0 sampai 14 tahun, masa anak belajar atau masa sekolah rendah. Fase III dari 14 sampai 21tahun, masa remaja atau pubertas Syah, 2010186. Fase II inilah peserta didik sekolah dasar mengisi masa belajarnya dengan mengembangkan jiwa kewirausahaannya di sekolah. Dengan harapan, peserta didik memberikan ide-ide kreatif yang dimilikinya Anderson & Jeffery, 1998 . Sekolah dasar di Jakarta yang telah mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dengan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah yayasan BPK Penabur. Dalam lima tahun terakhir ini BPK Penabur menjalankan program Entrepreneurship di beberapa cabang sekolah, pada jenjang sekolah dasar. Pelaksanaan pendidikan yang berwawasan kewirausahaan ditandai dengan proses pembentukan kecakapan hidup life skill pada peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Adapun masalah dalam penelitian ini ialah, bagaimana hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. METODE Penelitian evaluatif ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Sekolah ini dipilih karena baru melaksanakan program entrepreneurship selama 5 tahun terakhir. Penelitian evaluatif ini secara khusus bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan keterlaksanaan program entrepreneurship di SDK Penabur Jakarta. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam ini merupakan model evaluasi yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. CIPP adalah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context evaluation, Input evaluation, Process evaluation, dan Product evaluation. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN BPK Penabur adalah salah satu Yayasan Pendidikan yang memiliki perhatian tinggi terhadap pendidikan entrepreneurship. Hal ini ditunjukkan melalui pelaksanaan program entrepreneurship di beberapa cabang sekolah, pada jenjang sekolah dasar. Menurut keterangan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, sekolah yang pertama kali melaksanakan program entrepreneurship di lingkungan Penabur adalah SDK Bintaro Jaya dan SDK 9 Penabur yang ada di Harimun. Implementasi program entrepreneurship ini kemudian berkembang ke sekolah-sekolah lain seperti SDK Depok, SDK Bekasi, SDK Jababeka dan SDK Kota Wisata. 863 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Agar mengevaluasi program unggulan yang dimiliki oleh Penabur khususnya yang diselenggarakan di SDK Penabur Kota Wisata, maka dilakukanlah kajian terhadap tiap-tiap komponen dalam program tersebut meliputi konteks, input, proses, dan produk/ hasil penyelenggaraan program unggulan tersebut. Proses evaluasi pada konteks program entreprenurship di SDK Penabur Kota Wisata ini berfokus pada landasan program, visi dan misi sekolah, serta tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari keberlangsungan program tersebut di sekolah. Evaluasi pada konteks program entreprenurship berupaya memberikan gambaran dan rincian terhadap kebutuhan sekolah yang ingin dipenuhi serta tujuan yang ingin dicapai goals. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah, diperoleh keterangan bahwa landasan utama dari diselenggarakannya program entreprenurship ini terdiri dari dua hal, yakni kebutuhan sekolah dan arahan formal berupa visi dan misi sekolah. Program entreprenurship yang diselenggarakan sejak 5 tahun belakangan ini didasari pada kebutuhan sekolah untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter kreatif, inovatif, mandiri, berani, bertanggung jawab dan pantang menyerah. Melalui penanaman kualitas-kualitas entreprenurship sejak dini diharapkan siswa kelak dapat menghadapi tantangan dan peluang yang semakin tinggi intensitasnya pada era sekarang ini. Selain itu, hasil wawancara bersama guru mengungkapkan bahwa guru memiliki pemahaman yang sama akan hakekat dan tujuan dilaksanakannya program entreprenurship yakni untuk membentuk karakter peserta didik bukan sekedar untuk mencari uang, berdagang, atau menjadi pengusaha. Pemikiran di atas secara langsung bersesuaian dengan pernyataan visi yang diusung oleh SDK Penabur yakni, âterwujudnya sekolah berdasarkan nilai-nilai Kristiani dengan membangun SDM yang terdidik, berkarakter, serta berkompeten untuk meraih masa depan yang penuh harapanâ. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, program entreprenurship sangat relevan untuk diselenggarakan demi mencapai visi yang telah ditetapkan oleh sekolah terutama pada aspek pembentukan karakter dan kompetensi masa depan. Selain itu, program entreprenurship turut melibatkan para pemangku pementingan dalam setiap kegiatannya. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa di antara pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan entreprenurship adalah pihak yayasan dan orang tua melalui komite sekolah. Yayasan memiliki peran penting dan signifikan bagi terselenggaranya program entreprenurship di SDK Penabur. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala sekolah dan membandingkannya dengan kritera evaluasi dapat dibuktikan bahwa peran yayasan telah sesuai dengan criteria. Selain yayasan, pihak yang berperan dalam pelaksanaan program entreprenurship adalah Komite Sekolah. Komite Sekolah pada dasarnya memiliki peran sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan penghubung antara sekolah dengan orang tua murid. Salah satu guru yang diwawancarai menjelaskan bahwa SDK Penabur Kota Wisata memiliki struktur Komite Orang Tua Murid. Meski terdapat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan entreprenurship seperti memberi dukungan property, peran Komite dinilai belum terlalu signifikan. Komite baru dilibatkan hanya pada saat-saat tertentu khususnya ketika akan diselenggarakan suatu event namun kurang dilibatkan secara aktif dalam rapat-rapat pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program. Artinya jika dibandingkan dengan criteria evaluasi maka peran yang dijalankan oleh Komite belu 864 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Meski begitu, Kepala Sekolah menjelaskan bahwa telah disusun upaya-upaya spesifik untuk meningkatkan peran dan keterlibatan pemangku kepentingan khususnya dari kalangan orang tua murid. Kepala Sekolah menyatakan bahwa mulai tahun ini SDK Penabur Kota Wisata telah mengajak orang tua siswa untuk menyusun proyek-proyek entreprenurship bersama siswa dalam satu tahun ke depan. Proses evaluasi pada input/ masukan program entreprenurship di SDK Penabur Kota Wisata ini berfokus pada prosedur rekruitmen peserta didik, rekruitmen tenaga pendidik, pengembangan kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, pengelolaan dan pembiayaan dalam pelaksanaan program kewirausahaan di SDK BPK Penabur. Kualitas input suatu program bergantung pada mekanisme dan prosedur organisasi dalam menerima masukan. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah dan Guru, rekrutmen peserta didik di SDK Penabur Kota Wisata memiliki mekanisme rekrutmen siswa baru. Berdasarkan dokumen yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah, di antara mekanisme tersebut harus memenuhi syarat administrative dan akademis. Syarat administrative memuat identitas diri siswa dan pengisian formulir pendaftaran. Pemenuhan syarat akademis memiliki dua cara. Bagi siswa dalam dari TK Penabur yang hendak melanjutkan pendidikannya di SDK Penabur bisa masuk tanpa tes dan observasi sedangkan siswa luar diharuskan mengikuti proses observasi, tes psikologi dan tes materi Dasar Matematika dan Bahasa Indonesia. Proses observasi dan tes yang dilaksanakan ditujukan untuk memperoleh calon siswa potensial. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa criteria potensial di sini tidak berarti mempersyaratkan kemampuan akademik yang tinggi dari calon peserta didik, melainkan cukup dengan mengambil tingkat kemampuan anak secara rata-rata. Selain itu, tidak ada persyaratan usia khusus bagi calon siswa baru. Persyaratan usia mengikuti kebijakan dan aturan dari pemerintah. Pihak Penabur menegaskan bahwa tidak ada pengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan akademisnya setiap anak dikelompokkan ke dalam masing-masing kelas secara acak random. Berdasarkan hasil penelitian dan membandingkannya dengan kriteria evaluasi yang ditetapkan maka prosedur rekrutmen siswa baru dinyatakan sesuai dengan kriteria kebijakan dari Penabur. Artinya terdapat kesesuaian antara temuan di lapangan dengan kriteria evaluasi yang ditetapkan. Pada aspek kurikulum, keberhasilan program entreprenurship yang terintegrasi dengan kurikulum 2013 dapat diketahui melalui kesesuaiannya dengan pedoman penyusunan kurikulum. Dokumen kurikulum di SDK Penabur Kota Wisata menunjukkan bahwa program entreprenurship dilaksanakan secara tematik dan terintegrasi dengan kurikulum 2013 pada semua mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, SBDP, dan Olahraga. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara program entreprenurship yang menjadi identitas dari SDK Penabur dengan sekolah-sekolah entreprenurship yang lain. Penabur memiliki satu tema besar yang menjadi payung bagi sekolah-sekolah entreprenurship dimana masing-masing sub tema yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dapat saling berkombinasi dan menghasilkan kreativitas yang luar biasa. Pada tahun ini, misalnya, Penabur menetapkan Go Green sebagai payung besar dari tema program entreprenurship-nya . Melalui payung besar ini, sekolah-sekolah entreprenurship di lingkungan penabur dituntut untuk mengembangkan proyek dan hasil yang variatif dan tidak sama meskipun berada dalam satu tema besar yang sama. Go green yang di kota 865 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 wisata, misalnya, akan berbeda kegiatan dan hasil kegiatannya dengan berbeda dengan Go Green yang ada di Bintaro Jaya. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dinyatakan bahwa tema dalam kurikulum entreprenurship sesuai dengan kriteria evaluasi yakni memiliki keunikan dan ciri khas yang memebdakan SDK Penabur dengan sekolah-sekolah entreprenurship yang lain. Data yang diperoleh dari informan kunci menunjukkan bahwa SDK Penabur memiliki mekanisme evaluasi pada setiap jenjang. Evaluasi dilakukan secara hierarkies, mulai dari evaluasi oleh masing-masing guru pada tiap jenjang kemudian dilakukan evaluasi bersama Kepala Sekolah dan Wakil. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa evaluasi atas program entreprenurship dilakukan melalui kegiatan âJumatanâ yang dilaksanakan satu kali dalam satu pean. Namun, karena masih ada kendala pada proses penjadwalan maka waktu evaluasi masih bersifat fleksibel dalam rentang waktu satu kali dalam satu pekan. Data ini terkonfirmasi oleh dokumen presensi kegiatan evaluasi yang dilaksanakan dalam rentang waktu satu minggu sekali. Temuan di atas sesuai dengan kriteria evaluasi yakni adanya mekanisme evaluasi pada setiap kegiatan entreprenurship. Program entreprenurship menyasar pada kompetensi dan keahlian yang spesifik oleh sebab itu juga mensyaratkan criteria tenaga pengajar yang juga memiliki keahlian yang spesifik. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti menetapkan profil dan proses rekrutmen yang sesuai kebutuhan program sebagai salah satu kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tidak dijumpai adanya syarat khusus bagi calon tenaga pendidik. Rekrutmen guru di sekolah entreprenurship SDK Penabur dijalankan sebagaimana sekolah-sekolah lain dilingkungan Penabur. Artinya, tidak ada ketentuan atau syarat-syarat khusus bagi calon tenaga pendidik. Keterangan ini menunjukkan bahwa mekanisme perekrutan guru baru di SDK Penabur tidak sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Meski begitu, guru baru di SDK Penabur akan diikutkan ke dalam pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang diberikan meliputi seminar, workshop entreprenurship, hingga personal development atau pengembangan diri. Pelatihan yang diberikan untuk guru baru dilaksanakan setelah proses rekrutmen sedangkan pelatihan guru secara keseluruhan diberikan dua kali yakni satu kali di awal tahun dan satu kali di pertengahan tahun. Sarana prasarana memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu program pendidikan. Sarana dan prasarana memuat sejumlah criteria yang harus dipenuhi agar program pendidikan dapat terselenggaran secara efektif. Kriteria pertama adalah ketersediaan sarana prasarana dalam mendukung keberlanjutan program entreprenurship. Hasil evaluasi di atas menunjukkan bahwa sarana prasarana SDK Penabur sudah memadai dan sesuai dengan criteria evaluasi. Penyusunan anggaran dan pembiayaan SDK Penabur dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing sekolah berdasarkan tingkat kebutuhan. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa yang berwenang menyusun anggaran sekolah adalah Kepala Sekolah dan disusun berdasarkan tingkat kebutuhan program selama satu tahun. Anggaran tersebut kemudian diajukan, disahkan dan dialokasikan ke masing-masing sekolah oleh Yayasan. Kriteria keberhasilan selanjutnya adalah adanya dukungan pemerintah yang ditunjukkan dengan adanya bantuan operasional khusus yang menunjang kegiatan entrepreneurship. Menurut temuan di lapangan dan pernyataan Kepala Sekolah sama sekali tidak ada intervensi dan bantuan operasional apapun dari pemerintah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa SDK Penabur 866 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 belum memenuhi salah satu criteria keberhasilan yakni adanya bantuan operasional dari pemerintah. Evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana apakah sesuai dengan rencana. Hal itu dilakukan dikarenakan ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik feedback bagi orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program tersebut. Pada aspek ini peneliti mengevaluasi beberapa criteria keberhasilan di antaranya dilaksanakannya kegiatan eksplorasi, observasi, penemuan gagasan, dan formulasi gagasan dalam proses pembelajaran. Pelaksanan discovery juga terbukti telah memenuhi criteria observasi. Kenyataan ini terkonfirmasi melalui kajian terhadap RPP dan pengamatan di kelas. Guru selalu member perbandingan di kelas antara konsep yang dipelajari siswa di kelas dengan potret-potret kenyataan empiris yang disampaikan ke dalam contoh dan permisalan yang menarik. Menurut hasil pengamatan di kelas didapati keterangan yang menunjukkan bahwa gagasan yang diformulasikan oleh siswa pada aspek sebelumnya dikembangkan ke dalam proyek entrepreneurship dengan melahirkan produk kreatif berupa pengolahan bahan bekas yang ramah lingkungan. Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti dengan menelusuri tahap-tahap yang harus dilewati untuk mengolah bahan bekas dan melakukan perkiraan biaya dan manfaat dari proyek pengolahan bahan bekas tersebut. Berdasarkan hasil observasi di atas diperoleh keterangan bahwa aspek design telah memenuhi masing-masing criteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Melalui hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa setelah merancang proyek entrepreneurship siswa diminta oleh guru untuk menetapkan standar berupa waktu penyelesaian, prosedur berupa tata cara menyelesaikan, dan kemudian mengkomunikasikan karya inovatif yang dibuat siswa melalui presentasi di depan keterangan di atas diketahui bahwa aspek âdoâ telah memenuhi criteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada aspek ini peneliti mengevaluasi beberapa criteria keberhasilan di antaranya dilaksanakannya kegiatan merangkum, merefleksi, menerima umpan balik, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran. Selama melakukan proses observasi terhadap proses pembelajaran di SDK Penabur Kota Wisata peneliti melihat adanya proses evaluasi yang dilakukan oleh guru. Proses evaluasi dilakukan untuk member perbaikan-perbaikan terhadap proses dan hasil yang diperoleh siswa selama melaksanakan proyek entrepreneurship secara tematik dan terintegrasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan entrepreneurship pada aspek evaluasi juga memenuhi criteria keberhasilan. Evaluasi produk bertujuan mengukur dan mengintrepretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Aspek hasil belajar memuat beberapa criteria keberhasilan di anataranya adalah mekanisme pelaporan hasil belajar dan tingkat perkembangan peserta didik. Menurut keterangan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, mekanisme pelaporan hasil belajar entrepreneurship tidak memiliki perbedaan dengan sekolah lain yakni melalui pembagian raport. Kepala Sekolah dan beberapa guru yang diwawancarai sepakat bahwa trend perkembangan hasil belajar peserta didik sangat dinamis karena beragamnya minat dan bakat peserta didik ke dalam berbagai tema dan mata pelajaran. Meski begitu trend menunjuk pada arah yang positif dimana siswa keas 6 SDK Penabur 867 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 entrepreneurship memiliki daya saing yang tinggi. Ini terbukti dengan semakin tingginya jumlah peserta didik yang mampu bersaing di tingkat selanjutnya. Hasil temuan evaluasi di atas menunjukkan bahwa evaluasi produk pada aspek hasil belajar telah memenuhi criteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil temuan penelitian SDK Penabur Kota Wisata telah menetapkan landasan formal yang jelas berupa buku pedoman, prosedur, dan petunjuk teknis pelaksaan program entrepreneurship di sekolah. Inti dari tujuan diselenggarakannya program entrepreneurship di sana bukan untuk mengarahkan jalan hidup siswa agar menjadi pengusaha melainkan untuk membentuk karakter siswa yang kreatif, inovatif, mandiri, berani mengambil risiko, dan bertanggungjawab. Temuan tersebut juga diperkuat oleh Gofen & Blomqvist, 2013; Hegarty & Jones, 2008; Siregar, 2018 yang menegaskan bahwa program entrepreneurship dikreasikan atas dasar kebutuhan yang tinggi akan pembentukan karakter peserta didik yang memiliki kualitas entrepreneurship sebagaimana yang telah disebutkan di atas karena munculnya tantangan-tantangan baru sebagai konsekuensi atas bergeraknya revolusi industri global menuju generasi ke empat. Selain daripada itu, hasil studi dokumen menunjukkan bahwa penyelenggaraan program entrepreneurship sejalan dan selaras dengan visi dan misi yang diusung oleh SDK Penabur. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kurikulum di SDK Penabur Kota Wisata adalah kurikulum nasional plus dimana di dalam kurikulum 2013 diintegrasikan sejumlah muatan-muatan entrepreneurship yang tersaji dalam format tematik. Meski memiliki sejumlah perbedaan mendasar dari sisi konsepsional dan teknis dengan sekolah regular, sekolah entrepreneurship khususnya SDK Penabur Kota Wisata mengaku tidak menjumpai kesulitan yang berarti baik dalam menyusun maupun mengimplementasikan kurikulum ke dalam pembelajaran di kelas. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah dan guru juga menunjukkan bahwa masih ada beberapa masalah dan kendala yang dihadapi Penabur dalam menyelenggarakan program entrepreneurship yakni manajemen waktu, kapasitas tenaga pendidik, dan kemampuan siswa. Pada aspek manajemen waktu, Kepala Sekolah dan guru menyatakan masih sangat kesulitan membagi waktu secara efektif antara mengejar ketuntasan materi dengan melaksanakan program entrepreneurship. Kesulitan-kesulitan dalam membagi waktu ini berdampak pada penyelesaian materi yang tidak tuntas sehingga dikhawatirkan akan memberi kerancuan pada siswa dalam memahami hakekat dan tujuan diselenggarakannya program entrepreneurship itu sendiri Connor & Connor, 2015; Plum, 2014. Kendala lain adalah dari segi kapasitas tenaga pendidik dan terdapatnya kerancuan pemahaman orang tua siswa dan siswa akan hakekat dan tujuan dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Hal ini diperkuat oleh Lee & Lai, 2010; Longman et al., 2015; Schmitt, 2004 yang menyatakan bahwa kolaboratif dalam pelaksanaan entrepreneurship akan merasa nyaman jika kemitraan seperti peran orang tua dan lingkungan yang mendukung SIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi program entrepreneurship di SDK Penabur dengan menggunakan model CIPP diperoleh kesimpulan sebagai berikut Pada komponen konteks terdapat satu aspek tidak sesuai dengan satu kriteria yang ditetapkan yaitu peran pemangku kepentingkan sedangkan dua 868 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 aspek lainnya telah sesuai dengan yang ditetapkan. Pada komponen input pada aspek peserta didik terdapat kriteria yang tidak terpenuhi yaitu adanya batasan usia peserta didik. Sedangkan pada aspek kurikulum ada satu kriteria yang tidak terpenuhi yaitu adanya pemantauan dari dinas pendidikan. Pada aspek tenaga pendidikan kriteria yang tidak terpenuhi adalah adanya persyaratan khusus bagi calon tenaga pendidik. Aspek pembiayaan tidak memenuhi kriteria tidak adanya pembiayaan dari pemerintah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa semua kriteria sarana prasarana dinyatakan telah sesuai. Pada komponen proses hasil evaluasi menunjukkan bahwa masing-masing aspek seluruhnya telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pada aspek produk semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, & Karim, S. 2017. Pembelajaran Abad 21. Jakarta Gava Media. et al. Teaching and Teacher Education, 64291-304,2017. Diakses dari Anderson, K., & Jeffery, V. 1998. What Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information Center, 1â40. Connor, D. O., & Connor, D. O. 2015. The golden thread educator connectivity as a central pillar in the development of creativity through childhood education . An Irish life history study history study. International Journal of Primary, Elementary and Early Years Education ISSN, 313, 1â12. Daryanto, & Karim, S. 2017. Pembelajaran Abad 21. Jakarta Gava Media. Gofen, A., & Blomqvist, P. 2013. Parental entrepreneurship in public education a social force or a policy problem ? Journal of Education Policy, 294, 546â569. Hegarty, C., & Jones, C. 2008. Graduate entrepreneurship more than child â s play. Emerald, 507, 626â636. Kasapoglu, K., Didin, M., & Life, M. 2019. Life Skills as a Predictor of Psychological Well-Being of Pre-Service Pre-School Teachers in Turkey. International Journal of Contemporary Educational Research Volume, 61, 70â85. Kurtdede-fidan, N. 2018. Life Skills from the Perspectives of Classroom and Science Teachers. International Journal of Progressive Education, 141, 32â55. Lee, L., & Lai, C. 2010. An Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers â Entrepreneurial Potential in Taiwan. In International Conference on Business and Information pp. 1â11. Kitakyushu, Japan. Longman, P., Mundy, L., Black, R., Bornfreund, L., Byrum, G., Cramer, R., ⊠Mccarthy, M. A. 2015. The Case for Building a Social Policy Centered on Families. In Family Centered Social Policy pp. 1â22. OECD. 2015. PISA 2015 Results Volume IV Studentsâ Financial Literacy Vol. IV. Pearson, R. 2014. Social Enterprises and Social Sector Workforces. In Workforce Initiatives Discussion pp. 1â4. Social Change Group. Plum, M. 2014. A globalisedâ curriculum â international comparative practices and the preschool child as a site of economic optimisation. Studies in the Cultural Politics OfEducation, 354, 570â583. Rajawali. 2009. Kewirausahaan. Jakarta Rajawali Pers. Ruskovaara, E., & Pihkala, T. 2015. Entrepreneurship Education in Schools Empirical Evidence on the Teacherâs Role. The Journal of Educational Research, 1083, 236â249. 869 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur â Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Schmitt, E. 2004. Pathways to successful entrepreneurship Parenting , personality , early entrepreneurial competence , and interests, 65, 498â518. Shavinina, L. 2013. How to develop innovators ? Innovation education for the gifted. Gifted Education International, 291, 54â68. Siregar, Y. E. Y. 2018. Self Regulation , Emotional Intelligence acWith Character Building In Elementary School. In Advances in Social Science, Education and Humanities Research Vol. 251, pp. 315â318. Atlantis Press. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Wijatno, S. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta PT. Grasindo. Wijaya, D. 2017. Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta Pustaka Belajar. ... Penelitian yang dilakukan oleh Pawestri et al., 2020 menyatakan bahwa landasan utama agar diadakannya program kewirausahaan di sekolah adalah kebutuhan sekolah dan arahan formal berupa visi dan misi sekolah. Dari sini diketahui bahwa perangkat sekolah berperan sangat besar untuk dapat menciptakan kesempatan agar siswa dapat menerima pendidikan kewirausahaan di sekolahnya. ... Dadan NugrahaMeida Arriwani WulandariEpa YuningsihNovi SetianiPendidikan kewirausahaan mendidik peserta didik untuk memiliki karakter yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain untuk menjadi pekerja di perusahaan atau bisnis orang lain. Siswa yang memiliki karakter berwirausaha pun akan dapat memandang sesuatu dengan kritis dan kreatif sehingga selalu dapat melihat peluang dari suatu permasalahan yang terjadi. Penelian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai penumbuhan karakter kewirausahaan melalui pengimplementasian pendidikan kewirausahaan di SD Negeri Margaluyu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualiatif deskriptif dengan teknik penelitian wawancara. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di SD Negeri Margaluyu melalui pengembangan diri dengan menerapkan karakter kreatif, mandiri, mampu memecahkan masalah, pantang menyerah, pengelolaan keuangan yang baik, dan bersosialisasi dengan orang banyak.... Sekolah dasar merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan karakter, termasuk dalam pembentukan karakter wirausaha Pawestri et al., 2019;Permana et al., 2021. Namun, dalam jenjang pendidikan dasar belum terdapat mata pelajaran kewirausahaan, sehingga karakter wirausaha sebaiknya diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran, latihan ekstra kurikuler, lingkungan, dan budaya sekolah Korhonen et al., 2012. ...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran kecakapan hidup berbasis karakter kewirausahaan pada jenjang pendidikan dasar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sistem coding. Teknik pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan melalui observasi dan juga wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di SDN 90 Mattumpu. Analisis data dengan sistem coding dilakukan dalam 2 tahap, yaitu initial coding dan focused coding. Hasil kajian ini menemukan bahwa guru di SDN 90 Mattumpu sudah mengetahui dan memahami pendidikan karakter kewirausahaan dan nilai-nilai kewirausahaan tetapi belum menerapkan secara maksimal. Temuan lain menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru SDN 90 Mattumpu mengakui bahwa nilai-nilai karakter kewirausahaan sangat penting untuk diterapkan kepada siswa-siswa agar mempunyai bekal dasar agar mereka mulai diperkenalkan dan tertarik dengan kegiatan berwirausaha. Pengembangan pembelajaran dalam persepktif pendidikan kewirausahaan pada jenjang pendidikan dasar diarahkan untuk pengembagan berbagai keterampilan akademik dan keterampilan sosial soft skill yang terinternalisasi dalam kecakapan hidup SetiawanPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kewirausahaan Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN di DIY. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yakni penanggung jawab program, koordinator program, dan guru kewirausahaan. Penelitian dilaksanakan pada sekolah penyelenggara program kewirausahaan, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMAN 2 Banguntapan, SMAN 1 Turi, dan SMAN 1 Playen. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menerapkan model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 perencanaan program kewirausahaan SMAN di DIY dilakukan dengan penetapan tujuan, perencanaan program, perencanaan pembiayaan, dan perencanaan personil; 2 pelaksanaan program kewirausahaan SMAN di DIY meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan implementasi kurikulum; 3 evaluasi program kewirausahaan SMAN di DIY dilakukan pada setiap akhir semester oleh tim kewirausahaan KasapoÄlu Melek DidinThis study aims to investigate the relationship between pre-service pre-school teachersâ life skills and psychological well-being and to determine whether or not various variables related to pre-service pre-school teachers gender, age, grade level, type of instruction, cumulated grade point average, status of taking course about life skills and their life skills significantly predict their psychological well-being. In this quantitative study with correlational design, data were gathered from 391 pre-service pre-school teachers studying at a state university, with 5-point Likert-type Life Skills Scale developed by Bolat and Balaman 2017; 7-point Likerttype Psychological Well-being Scale developed by Diener, Wirtz, Tov, Kim-Prieto, Choi, Oishi and Biswas-Diener 2010 and adapted into Turkish by Telef 2013. Data were analyzed through descriptive statistics, canonical correlation and hierarchical regression. It is concluded that pre-service pre-school teachersâ psychological well-being levels are relatively high and that the life skill they developed most is communication and interpersonal relationships. Canonical correlation results indicate that there is a medium-level relation between life skills and psychological well-being and that psychological well-being is significantly predicted by gender, age, and the following life skills âempathy and self-awarenessâ, âdecision-making and problemsolvingâ, âcreative and critical thinkingâ. Anahtar Kelimeler Pre-school curriculum, Pre-service pre-school teacher, Psychological well-being, Life skills Yulia Elfrida Yanty SiregarReza RachmadtullahNirwana PohanThis study aims to describe the effect of self-regulation, emotional intelligence to character building in the fourth grade of elementary school. The sample of the study consisted of 150 student's elementary school from Meuraxa districts in Banda Aceh. This research uses Quantitative method with survey method and correlation technique. The result of this research analysis show 1 existence of positive relation of self-regulation with character formation 2 existence positive correlation of emotional intelligence with character building 3 existence positive relation of self-regulation and emotional intelligence with character building. Emotional intelligence is the higher cognitive so that the individual recognizes, understands, and uses emotions involvement in public education is an expression of joint responsibility between parents and the state in which parents are expected to comply with current educational policy. Moreover, parents are often perceived as reactive, whereas the educational administration is seen as proactive, mainly by reducing barriers and establishing mechanisms for parental involvement. Referring to proactive involvement in which parents practice noncompliance while fighting the system, this study conceptualizes parental entrepreneurship.â The practical aspects of parental entrepreneurship are analyzed based on three well-known manifestations homeschooling, the integration of children with special needs, and parental cooperatives within early childhood education and care. Parental entrepreneurship further exemplifies the blurry boundaries between parents and administration as regards childrenâs education and demonstrates that the entrepreneurial role parents may play in reforming formal public education. Parental entrepreneurship also illuminates the ongoing renegotiation of the foundations of the social contract between parents and the government, primarily in relation to professionalism, legitimacy, and authority. Eva Schmitt-RodermundPersonality traits and parenting may relate to entrepreneurial competence EC and entrepreneurial interests EI, which both are central elements of Holland's E-type. Three hundred and twenty 10th grade students and 139 small business founders from East Germany were studied using structural equation modeling. Results showed that an entrepreneurial personality low agreeableness and neuroticism, high extraversion, openness, and conscientiousness, and authoritative parenting were linked to adolescent EC in both samples. EC predicted stronger EI, which in turn related to entrepreneurial career prospects in the students, and to an earlier timing of the first business start-up in the founders. Concerning entrepreneurial success, an early start-up and an entrepreneurial personality of the founder were both found to be beneficial. The discussion concentrates on two implications of the findings bank professionals dealing with venture capital loans would profit from a more thorough assessment of personality traits and programs to foster entrepreneurship should address adolescents in addition to is often referred to as being external to education â a state of affairs presenting the modern curriculum with numerous challenges. In this article, globalisationâ is examined as something that is internal to curriculum and analysed as a problematisation in a Foucaultian sense, that is, as a complex of attentions, worries and ways of reasoning, producing curricular variables. The analysis is made through an example of early childhood curriculum in Danish preschool, and the way the curricular variable of the preschool child comes into being through globalisationâ as a problematisation, carried forth by comparative practices such as Programme for International Student Assessment. It thus explores some of the systems of reason that educational comparative practices carry through time, focusing on the ways in which configurations are reproduced and transformed, forming the preschool child as a site of economic V. ShavininaMany people correctly believe that a majority of innovators come from the population of gifted and talented children. If we want to develop innovative abilities of the gifted, then a special, new direction in gifted education is needed innovation education. This article introduces innovation education, which refers to a wide range of educational interventions aimed at identifying, developing, and transforming child talent into adult innovation. Such educational interventions should include, but should not be limited to, the 10 interrelated components. This article describes each of Hegarty Colin JonesPurpose With the unbridled demand for entrepreneurship in higher education, the purpose of this paper is to identify how pedagogy can inhibit students in making the transition to graduate entrepreneurship. Along the way, the concept of what and who is a graduate entrepreneur is challenged. Design/methodology/approach The paper reports upon the pragmatic development of enterprise programmes in Ireland and Australia. Despite different starting points, a convergence of purpose as to what can be realistically expected of enterprise education has emerged. Findings This study reinforces the shift away from commercialisation strategies associated with entrepreneurial action towards developing essential life skills as core to any university programme and key to developing entrepreneurial capacity among students. Despite similar government intervention, university policy and student demand for practicalâbased entrepreneurial learning in both cases, graduates tend not to engage in immediate entrepreneurial action due to the lack of fit between their programme of study and individual resource profiles, suggesting that graduate entrepreneurship is more than child's play. Practical implications There are practical implications for educationalists forced to consider the effectiveness of their enterprise teachings, and cautionary evidence for those charged with providing support services for graduates. Originality/value Given the evolutionary approaches used at the University of Tasmania to develop students as âreasonable adventurersâ and at the University of Ulster to develop âthe enterprising mindsetâ the paper presents evidence of the need to allow students the opportunity to apply entrepreneurial learning to their individual life experiences in order to reasonably venture into entrepreneurial and Teacher EducationM L et al. Teaching and Teacher Education, 64291-304,2017. Diakses dari Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information CenterK AndersonV JefferyAnderson, K., & Jeffery, V. 1998. What Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information Center, Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers ' Entrepreneurial Potential in TaiwanL LeeC LaiLee, L., & Lai, C. 2010. An Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers ' Entrepreneurial Potential in Taiwan. In International Conference on Business and Information pp. 1-11. Kitakyushu, Japan.
74% found this document useful 23 votes27K views20 pagesDescriptionDokumen Program Pengembangan KewirausahaanCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?74% found this document useful 23 votes27K views20 pagesDokumen Program Pengembangan KewirausahaanJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Salam dan bahagia pembaca. Sahabat TREND GURU , pada kesempatan kali ini Admin ingin membagikan informasi tentang Download Contoh Program Kewirausahaan Sekolah, Lengkap!.Kewirausahaan Sekolah sebagai dokumen Program Kepala Sekolah. Program Koperasi Siswa atau yang disingkat dengan KOPSIS di susun sebagai bentuk penanaman dan pengembangan konsep kewirausahaan dilingkungan sekolah. Dalam kesempatan ini kami keluarga besar sekolah dasar negeri 4 aikmel mencoba untuk melakukan kegiatan pembelajaran kepada warga sekolah khususnya bidang layanan koperasi siswa yang modalnya bersumber dari guru. Hal ini ditujukan untuk mempermudah akses layanan kebutuhan alat atau media pembelajaran kepada siswa sehingga kebutuhan siswa cepat terpenuhi tanpa harus keluar dari lingkungan sekolah. Koperasi siswa ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan mengurangi resiko berbelanja diiluar lingkungan sekolah. Kewirausahaan SekolahSejalan dengan potensi dan minat siswa dalam memilih kebutuhan belanja terutama kebutuhan peralatan belajar siswa maka dipandang perlu untuk membuat sebuah koprasi siswa kecil kecilan yang dihajatkan untuk memenuhi butuhan siswa sehingga mereka tidak terlalu jauh keluar dari lingkungan sekolah untuk berbelanja. Pasalnya berangkat dari beberapa pengalaman yang telah lalu sudah banyak kejadian kecelakaan berlalu lintas. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pihak sekolah berupaya untuk meminimalisir kejadian kejadian yang serupa sehingga berdasarkan mufakat bersama warga sekolah tercetus keinginan untuk membuat sebuah koprasi siswa KOPSIS. Koperasi didirikan berdasarkan surat keputusan bersama antara Departemen Transmigrasi dan Koperasi dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 16 Juli 1972 Nomor 275/skpts/Mentranskop dan Nomor 0102/U/1983. Kemudian diterangkan lebih lanjut ddalam surat keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 633/SKPTS/Men/1974. Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud dengan koperasi siswa/sekolah adalah koperasi yang didirikan di sekolah-sekolah SD, SMP, SMA, Madrasah dan Pondok Pesantren. Landasan pokok dalam perkoperasian Indonesia bersumber pada UUD 45 pasal 33 ayat 1. Pasal ini mengandung cita-cita untuk mengembangkan perekonomian yang berasas kekeluargaan. Peraturan yang lebih terinci tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 1992. Undang-undang ini berisi tentang pedoman bagi pemerintah dan masyarakt mengenai cara-cara menjalankan koperasi, termasuk koperasi sekolah. Koperasi sekolah tidak berbadan hukum, pengurus dan pengelola koperasi sekolah dilakuka para siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru-guru terutama guru yang ada di tingkat SD pada Sekolah Dasar Negeri 4 Aikmel. Tanggung jawab ke luar sekolah tidak dilakukan oleh pengurus sekolah. DOWNLOAD FILE LENGKAPKoperasi sekolah tidak berbadan Hukum seperti koperasi-koperasi lainya. Karena siswa atau pelajar pada umumnya belum mampu melakukan tindakan hukum. Status koperasi sekolah yang dibentuk di sekolah merupakan koperasi terdaftar tetapi tetap mendaptkan pengakuan sebagi perkumpulan koperasi. Koperasi sekolah diharpkan menjadi saran bagi pelajar untuk belajar melakukan usaha-usaha kecil-kecilan, mengembangkan kemampuan berorganisasi, mendorong kebiasaan untuk berinovasi, belajar menyelesaikan masalah. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar selaras dengan apa yang diharapkan. Koperasi siswa yang dilaksanakan disekolah bersipat pembelajaran kejujuran dimana siswa dapat berbelanja disekolah meskipun tidak memiliki uang dan mengambil barang kebutuhan sesuai kebutuhan. Hal ini ditujukan untuk menghindari resiko berbelanja dilluar lingkungan sekolah guna menghindari kecelakaan berlalu lalang dijalan raya dan salah satu tujuan utamanya adalam membentuk karakter siswa yang jujur dalam berbelanja, sehingga menjadikan ia sebagai pribadi yang jujur dan bertanggungjawab. Download Contoh Program PROGRAM KOPSIS SD/SMP/SMA/SMKDasar Pertimbangan Pendirian Koperasi Sekolah terdiri dari1 Menunjang program pembangnan pemerintah di sektor perkoperasian melalui program pendidikan sekolah hanya sebatas menunjang kebutuhan alat tulis kepada Menumbuhkan kesadaran berkoperasi dikalangan siswa dan berbelanja dengan Membina rasa tanggung jawab, disiplin serta setia kawan dan jiwa Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berkoperasi agar kelak berguna di Membantu kebutuhan siswa serta mengembangkan kreatifitas siswa di dalam dan di luar koperasi siswa adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakt pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakt yang adil makmur. Sedangkan pembentukan koperasi sekolah di kalangna siswa dilaksankan dalam rangka menunjang pendidikan siswa dan latihan harian bertugas mengelola usaha administrasi dan keuangna harian dapat diatur bergantian antara pengurus koperasi sekolah atau ditunjuk secara tetap atau bergantian antara guru dan karyawan anggota koperasi yang tidak menduduki jabatan pengurus atau pengawas koperasi. Rapat dan atau musawarah merupakan kekuasaan tertinggi di tata kehidupan koperasi yang berarti berbagi persoalan mengenai koperasi siswa hanya ditetapkan dalam rapat sekolah. Di sini warga sekolah dapat berbicara memberikan usulan dan pertimbangan menyetujui suatu usul atau menolaknya serta memberikan himbauan atau masukan yang berkenan dengan koperasi. agar tidak menggangu kegiatan belajar mengajar di Anggota tahunan Menetapkan 1 Anggaran dasar Kebijakan umum Memilih serta mengangkat Memberhentikan Mengesahkan pertanggungjawaban pengurus dalam pelksanaan anggota Tahunan dianggap sah apabila yang menghadiri rapat telah melebihi jumlah menimal Kuorum. Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat Tahunan adalah sebagi berikut 1 Penilaian kebijaksanaan pengurus selama tahun buku yang Neraca tahunan dan perhitungan laba Penilaian laporan Menetapkan pembagian SHU5 Pemilihan pengurus dan Rencana kerja dan rencan anggaran belanja tahunan selanjutnya.
100% found this document useful 16 votes7K views9 pagesOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN UNIT PRODUK KEWIRAUSAHAANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 16 votes7K views9 pagesProgram Pengembangan Unit Produk KewirausahaanOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN UNIT PRODUK KEWIRAUSAHAANJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
dokumen program pengembangan kewirausahaan