4 Dampak dari paham dan ajaran bagi John Wycliff dan John Huss [26] Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa John Wycliff yang dijuluki "Bintang Timur Reformasi Protestan" ini menyerang ajaran agama Katolik. Hal ini menimbulkan kontroversi yang panas antara John Wycliff yang notabene seorang imam terhadap Gereja katolik. Banyakorang yang mendukung reformasi Luther dan banyak yang menganggapnya sebagai pahlawan. Sekaligus, reformasi Luther lah yang melahirkan agama baru yaitu Protestan. Nah sekarang, kita akan mengetahui apa saja peninggalan reformasi gereja, sebagai berikut: Agama Protestan; Dikisahkanoleh Marie T. Russell. Tonton versi videonya di di YouTube. Selama bertahun-tahun saya mengajar komunikasi hewan, saya telah menemukan bahwa ada sikap tertentu yang mendukung orang-orang dalam memperoleh kembali kemampuan alami mereka sejak lahir untuk berkomunikasi dengan semua kehidupan. RapatPimpinan (Rapim) TNI-Polri tahun 2022 dengan tema 'TNI-Polri Siap Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional dan Reformasi Struktural'. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan TNI-Polri siap mendukung pemulihan ekonomi dan seluruh kebijakan nasional di tahun 2022. Reformasiperpajakan atau lebih sering disebut modernisasi di Direktorat Jenderal Pajak terus-menerus dilakukan sejak tahun 2002. Tujuan modernisasi adalah menjadikan otoritas pajak di Indonesia sesuai dengan best practice Internasional. Sehingga acuannya adalah model otoritas pajak yang terbaru yang oleh para ahli perpajakan diakui sebagai yang terbaik. angka seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. - Reformasi gereja adalah suatu skisma atau perpecahan yang terjadi pada Gereja Katolik di Eropa pada abad ke-15. Gerakan ini merupakan upaya untuk melakukan revolusi ajaran Kristen agar sesuai dengan Alkitab. Selain itu, paham baru seperti sekulerisme, individualisme, dan humanisme juga berusaha untuk meruntuhkan dominasi gereja dalam tatanan kehidupan di gerakan Reformasi Gereja tak lepas dari pengaruh Renaissance yang muncul di Italia pada sekitar abad ke-14. Baca juga Reformasi Gereja di Eropa Penyebab Reformasi Gereja Faktor munculnya Reformasi Gereja salah satunya adalah adanya penyimpangan terhadap ajaran Kristen oleh internal gereja. Orang-orang mulai mengkritik otoritas kepausan dan mempertanyakan berbagai penyalahgunaan dan ketidaksesuaian Gereja Katolik sebagai pusat politik dan budaya Kekristenan di Eropa. Mereka mengkritik doktrin-doktrin yang dianggap palsu dan mengutuk korupsi Gereja Katolik Roma. Praktik korupsi yang dimaksud adalah jual-beli jabatan rohaniwan serta penjualan indulgensi atau penebusan dosa. Selain itu, tumbuhnya nasionalisme membuat para raja di Eropa menolak dominasi dari gereja. Tokoh-tokoh Reformasi Gereja Tokoh penggerak Reformasi Gereja di Eropa adalah Martin Luther, yang kemudian diikuti oleh beberapa tokoh lainnya. Berikut ini tokoh-tokoh Reformasi Gereja di Eropa. Baca juga Reformasi Protestan, Pecahnya Agama Kristen Menjadi Beberapa Aliran Wikimedia Commons Patung Martin Luther di luar Gereja St. Mary, Berlin. Martin Luther Titik awal dimulainya reformasi adalah ketika Martin Luther memaku selembar kertas yang berisi 95 kritik terhadap otoritas Gereja Katolik. Aksi ini dilakukan di depan sebuah gereja di Wittenberg, Jerman, pada 31 Oktober 1517. Saat itu, Martin Luther dikenal sebagai seorang biarawan dan dosen di sebuah universitas di Wittenberg. Pada 1521, Luther dipanggil ke hadapan Dewan Worms dan secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik. Tidak hanya itu, Dewan Worms mengutuk aksi Luther dan melarang warga Kekaisaran Romawi Suci untuk membela ataupun menyebarkan gagasan-gagasannya. Atas perlindungan Frederick III, Luther kemudian menerjemahkan Alkitab dari bahasa latin ke bahasa legitimasi para imam Katolik pun terancam karena orang-orang tidak perlu bergantung padanya untuk menafsirkan Alkitab. Pada akhir reformasi, Lutheranisme telah menjadi agama di sebagian besar wilayah Jerman, Skandinavia, dan Baltik. Baca juga Biografi Tokoh Dunia Martin Luther, Tokoh Reformasi Protestan Huldrych Zwingli Huldrych Zwingli lahir pada 1 Januari 1484 di Toggenburg, Swiss, dan meninggal pada 11 Oktober 1531. Dalam gerakan Reformasi Gereja, Zwingli sepakat dengan Martin Luther tentang keselamatan oleh iman dan kasih. Namun, ia berbeda pendapat dengan Luther terkait kehadiran Kristus dalam sakramen ekaristi atau ritual keagamaan. Zwingli berpendapat bahwa kehadiran Kristus dalam sakramen lebih bersifat spiritual. John Calvin John Calvin lahir di Noyon, Perancis, pada 10 Juli 1509 dan meninggal di Jenewa, Swiss, pada 27 Mei 1564. Dalam pandangan terkait Reformasi Gereja, Calvin secara tidak langsung dipengaruhi oleh Desiderius Erasmus, seorang Teolog asal Belanda. Calvin berpendapat bahwa keselamatan dan pengampunan dosa hanya diperoleh melalui iman, bukan dengan perbuatan baik. Baca juga Faktor Pendorong Kemunculan Zaman Renaissance Ia juga dikenal menyuarakan kepercayaan "predestinasi", yang bermakna bahwa seseorang dari awal telah dipilih Tuhan untuk diselamatkan. Namun, hal itu menimbulkan kontroversi karena dianggap tidak adil apabila Tuhan telah menentukan keselamatan seseorang terlepas dari bagaimana iman dan perbuatannya. John Knox John Knox lahir di Haddington pada 1514, dan meninggal pada 24 November 1572 di Edinburg, Skotlandia. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh John Calvin dan turut serta dalam gerakan Reformasi Gereja dengan membangun Gereja Presbitarian. Ia mendirikan gereja tersebut di Skotlandia, setelah melihat banyak rakyat yang marah dengan kekayaan yang ditimbun gereja. Selain itu, praktek asusila yang dilakukan gereja juga menjadi salah satu penyebab John Knox mendukung Reformasi Gereja. Referensi Mcgrath, Alister E. 1997. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta BPK Gunung Mulia Riemer, Gerrit. 2009. Gereja-Gereja Reformasi di Indonesia. Jakarta BPK Gunung Mulia Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Pontos-chaveAuxílio emergencial deixa milhares de brasileiros de volta à situação de vulnerabilidade social;Parte dos beneficiários do auxílio emergencial serão incluídos no Bolsa Família;Auxílio Brasil será o substituto do Bolsa Família e auxílio emergencial a partir deste mês. O fim do auxílio emergencial foi um baque para muitos brasileiros em situação de vulnerabilidade. Cerca de 39 milhões de pessoas se tornaram órfãos do benefício que tem os amparado desde abril de 2020. Órfãos do auxílio emergencial Quem são as pessoas que ficarão sem ajuda? Imagem FDR Ao mesmo tempo em que a sétima parcela da atual rodada do auxílio emergencial foi bastante aguardada devido às necessidades financeiras, ela foi bastante temida. O temor significa o marco do fim de uma era e o retorno da situação de extrema dificuldade. É o caso da auxiliar de limpeza Rubia Santos, de 41 anos de idade e mãe de uma criança de dois anos de idade, um menino de 19 e uma menina de 22. A família mora em uma casa na zona Sul de São Paulo, na qual, dos quatro adultos que ajudam nas despesas da casa, três estão desempregados. Rubia Santos é a única que possui alguma renda após o marido que trabalhava como segurança ser demitido, além de o casal de filhos já estar sem trabalhar a algum tempo. A mulher conta que ganha um salário mensal de R$ quantia insuficiente para arcar com todas as despesas de aluguel, luz, alimentação, contas de água e energia. A auxiliar de limpeza bem que tentou, mas assim como outros quase dois milhões de brasileiros que permanecem na fila de espera, não conseguiu fazer parte do programa Bolsa Família. A bolsa será substituída pelo Auxílio Brasil ainda neste mês de novembro. A nova transferência de renda promete superar financeiramente o benefício anterior. Mas Rubia Santos não é a única que passa por dificuldades com o término do auxílio emergencial. Maria Eduarda Santos, mãe de uma menina de dois anos, também não sabe como manterá as despesas após receber sete parcelas no valor de R$ 150. Embora a quantia seja mínima, era essencial para custear itens como o leite e outras despesas básicas da casa. Mas ela conta que agora teme o futuro próximo tendo em vista que ela não está inscrita no Cadastro Único CadÚnico do Governo Federal. Nota-se que o fim do auxílio emergencial deixa para trás dois tipos de órfãos aqueles que não estão inscritos no CadÚnico por não se enquadrarem nos critérios de inclusão do Bolsa Família, bem como aqueles que não teriam direito a receber a renda mínima, mas permanecem na fila de espera para o cadastro. Muitos nem conseguiram requerer o cadastramento. Auxílio emergencial O auxílio emergencial foi criado no ano de 2020, e foi pago nos valores iniciais de R$ 600 e R$ entre os meses de abril a agosto. Logo em seguida o programa foi prorrogado, mas as parcelas foram reduzidas para R$ 300 e R$ 600, sendo que os valores máximos eram voltados às mães solteiras chefes de famílias monoparentais. E assim se encerrou os pagamentos no ano passado. No início de 2021, após muita luta, o programa finalmente foi renovado, também no mês de abril. Mas para que o auxílio emergencial pudesse voltar a ser pago, o Governo Federal precisou reajustar novamente o valor das parcelas para R$ 150, R$ 250 e R$ 375. Durante sete meses, de abril a outubro, a parcela mínima foi paga aos beneficiários que moram sozinhos. A quantia média foi destinada aos representantes dos grupos familiares e a cota máxima às mães solteiras. Órfãos do auxílio emergencial Quem são as pessoas que ficarão sem ajuda?Imagem FDR Auxílio Brasil O Auxílio Brasil é a grande promessa do Governo Federal para fazer o papel do auxílio emergencial e do tradicional Bolsa Família. O programa deve começar a vigorar ainda este mês, pagando cerca de R$ 230 a 14,6 milhões de beneficiários. Embora a proposta original seja de parcelas no valor de R$ 400, que devem começar a ser disponibilizadas somente de dezembro em diante. O valor exato do Auxílio Brasil depende da aprovação da Proposta de Emenda à Constituição PEC dos precatórios, que será capaz de criar um espaço de até R$ 40 bilhões no Orçamento da União em 2022. O texto depende da aprovação dos deputados, os quais têm adiado a apreciação do tema há semanas. Enquanto isso, os 14,6 milhões de beneficiários que já recebiam o Bolsa Família não precisam se preocupar, pois serão incluídos no Auxílio Brasil caso continuem de acordo com os critérios de elegibilidade. Enquanto isso, as outras 2,4 milhões de pessoas que serão integradas por meio da ampliação do programa, devem estar inscritas no CadÚnico e apresentar uma renda mínima entre R$ 89 a R$ 178 mensais por pessoa. MAIS LIDAS Anis MattaJakarta, – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Gelora Indonesia Anis Matta mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah dalam sejarah perjalanan reformasi yang telah berjalan selama 24 tahun belum selesai dan tidak sesuai dengan memunculkan rasa penyesalan dari para pelaku sejarah reformasi atau tokoh reformasi seperti Budiman Sujatmiko dan Fahri Hamzah, yang telah menumbangkan rezim Orde Baru dan melahirkan beberapa presiden. Namun, perubahan yang mereka ciptakan, ternyata tidak bisa dikontrol dan dikendalikan sesudahnya, oleh mereka sendiri.“Saya kira, saya telah berhasil membuat tokoh reformasi ini menyampaikan penyesalannya dengan baik. Yang mereka sesali adalah satu hal yang sama, bahwa reformasi belum selesai,” kata Anis Matta, Kamis 26/5/2022.Anis Matta meminta Budiman Sujatmiko dan Fahri Hamzah yang hadir dalam diskusi tersebut, untuk curhat dengan mimpi mereka sebagai seorang aktivis yang belum terealisasi atau belum menjadi kenyataan selama hampir seperempat abad reformasi.“Saya ingin sedikit meminta komentar mereka berdua yang bisa personal, khususnya Mas Budiman Sujatmiko dan Bung Fahri. Kira-kira apa yang Anda sesali, mimpi apa sebagai aktivis yang belum terealisasi dalam waktu 24 tahun reformasi ini,? tanya Anis Matta kepada mereka Anis Matta, Budiman Sujatmiko dan Fahri Hamzah memiliki satu kesamaan, yakni tidak memiliki ambisi kekuasaan. Sehingga perubahan yang mereka ciptakan, perjalanan sejarahnya tidak bisa mereka kontrol sesudahnya. “Itu menyebabkan perubahan yang mereka ciptakan tidak bisa mereka kontrol. Jalannya sejarah sesudahnya tidak seperti yang ada dalam rencana mereka. Sehingga banyak pekerjaan rumah yang belum selesai,” itu, Anis Matta berharap agar para calon presiden capres yang akan maju pada Pemilihan Presiden Pilpres 2024 berasal dari tokoh-tokoh reformasi agar agenda pekerjaan rumah reformasi bisa dituntaskan. “Bisakah kita berharap, bahwa tahun depan itu sekaligus para capres yang akan maju untuk Pemilu 24 itu datangnya dari tokoh-tokoh reformasi, untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum selesai,” ujar Anis Matta. Sebab, cita-cita reformasi pada dasarnya adalah pintu gerbang untuk menciptakan kesejahteraan, bukan hanya demokrasi saja, meskipun kedua-duanya bisa berdiri sendiri.“Tapi mimpi reformasi pada mulanya adalah menciptakan satu sintesa di mana demokrasi dan kesejahteraan bisa bertemu pada suatu titik dalam perjalanan sejarah kita,” katanya. Hal itu seperti yang terjadi pada sintesa Orde Lama Orla dan Orde Baru Orba. Orla dikatakan memiliki kebebasan, tapi tidak ada kesejahteraan, sementara saat Orba ada kesejahteraan, tapi tidak ada kebebasan.“Makanya saya membuat perumpamaan, Indonesia itu seperti burung. Dia disebut burung, kalau dia bisa terbang dan berkicau. Tapi kalau kalau dia lapar, dia tidak bisa terbang dan bisa berkicau saja, itu namanya burung dalam sangkar. Itu ada lagunya,” kata Anis Matta sambil lanjut Anis Matta, itu seperti burung yang sudah bisa terbang, tapi tidak terlalu lapar, sehingga terbangnya rendah, tidak begitu tinggi, padahal langitnya sangat tinggi. “Jadi lahirnya Partai Gelora sebenarnya, karena cita-cita reformasi yang ingin menjadikan Indonesia terbang tinggi. Sekarang sudah terbang, tapi terbangnya tidak terlalu tinggi, sementara langit Indonesia ini terlalu tinggi,” Umum Partai Gelora ini berharap agar para aktivis reformasi bisa mencari ilham dari kisah Nabi Yusuf, yang menafsirkan mimpi Raja Mesir. “Bahwa Nabi Yusuf meramalkan akan ada krisis yang terjadi di Mesir seperti yang dimimpikan oleh Raja Mesir. Dia tahu bagaimana mengatasi krisis, tapi beliau meminta dijadikan penguasa dan sebagai bendahara keuangan negara agar bisa mengambil alih situasi krisis,” yang terkandung dari kisah tersebut, adalah para aktivis reformasi harus terjun untuk mengejar kekuasaan agar bisa melakukan perubahan dan menuntaskan agenda reformasi yang belum selesai, tidak sekedar mengedepankan intelektualitas.“Kita harus pertemukan semangat perubahan yang ada pada para aktivis intelektual ini, dengan semangat pengambil-alihan situasi krisis tersebut. Syahwat kekuasaan mereka saat ini kecil, sehingga tidak bisa mengendalikan jalannya sejarah reformasi,” hal ini, Politisi dan Aktivis Demokrasi Budiman Sudjatmiko menegaskan, bahwa dirinya tidak memiliki ambisi untuk mengejar kekuasaan di eksekutif. Ia mengaku sudah puas menjadi Anggota DPR di lembaga legislatif.“Kalau ada yang saya sesali selama 24 tahun reformasi ini, karena secara pribadi, saya tidak punya ambisi perebutan kekuasaan atau kekuasaan eksekutif. Itu saya sadari, hanya puas di legislatif,” kata Budiman Anggota DPR dari PDIP mengatakan, penyesalan itu baru dia sadari sekarang ini, setelah 24 tahun reformasi, ternyata banyak agenda yang belum selesai dan tidak seusai dengan harapan seperti yang dicita-citakan reformasi. “Jadi setelah 24 tahun reformasi, kita akan lebih menyesal lagi dari apa yang tidak bisa kita lakukan sekarang. Sehingga perlu dorongan lebih kuat lagi supaya jelang 25 tahun reformasi, Indonesia punya lompatan yang lebih jauh lagi dalam pencapaian,” memimpin lompatan tersebut, kata Budiman, harus dipimpin oleh orang-orang yang dulu berjuang pada tahun 1998.“Sekarang bangsa Indonesia jelang 25 tahun hidup di sistem demokrasi. Kira-kira ada tidak, lompatan kualitatif yang bisa kita dorong lebih kencang lagi?” ucapnya. Ia menyadari bahwa Indonesia saat ini, banyak kemajuan, tapi kamajuannya masih belum signifikan.“Rasanya bisa digas, digas lagi deh, dan rasa-rasanya untuk bisa ngegas jalannya reformasi ini, syarat utama adalah seharusnya orang seperti teman aktivis 1998 untuk jadi garda depan untuk ngegas. Agar bisa keluar dari quarter life crisis kehidupan 24 tahun Idonesia pasca reformasi,” melihat kondisi saat ini, Budiman merasa adanya suatu energi, tujuan, dan semangat bersama yang sama seperti pada tahun 1998. Namun yang berbeda dari 24 tahun lalu adalah cakupan dari isi dan konten.“Menuju lompatan yang lebih jauh ini merupakan pekerjaan rumah tangga untuk satu tahun ke depan agar kelak saat 25 tahun usia reformasi, Indonesia sudah bisa mendapat skor yang jauh lebih positif lagi,” Sudjatmiko mengatakan narasi besar yang dirasa cocok dengan semangat zaman sekarang ini adalah narasi kemajuan.“Kalau tahun 98 itu adalah narasi kebebasan, kemudian setelah kebebasan saya ingin mendorong narasi kesetaraan dan keadilaan. Sekarang kita harus mendorong narasi kemajuan,” Wakil Ketua DPR Periode 2004-2019 Fahri Hamzah mengatakan, ia tidak terlalu memusingkan rasa penyesalan secara personal terhadap agenda reformasi yang belum selesai. “Kita nggak boleh mengambil itu terlalu personal, tapi hanya sebagai sebuah kritik. Kita memang tidak memiliki sebuah desain tentang reformasi, tapi tahu-tahu mendadak kita masuk dalam revolusi perubahan itu,” kata Fahri Hamzah. Reformasi ketika itu, kata Fahri Hamzah, hanya dibaca sebagai ekspresi rasa kebosanan dari rezim Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun, yang menginginkan kebebasan dan kemapanan. “Nafasnya zaman itu, orang sudah bosan, makanya ketika Soeharto mengundurkan diri, rakyat pesta, banyak yang potong ayam dan sapi, begitulah ekspresinya. Tidak punya ide atau gagasan,” ungkap Fahri ekspresi kebosanan ini, bisa sangat berbahaya bagi sistem ketatenagaran dan perpolitikan kita, apabila tidak diatur secara tegas. Rakyat bisa menjatuhkan Presidennya sewaktu-waktu jika sudah bosan, sehingga ketika reformasi masalah pembatasan jabatan Presiden diatur. “Kalau masa jabatan Presiden tidak dibatasi, ketika kebosanan rakyat ini datang tiba-tiba itu yang berbahaya. Kalau orang sudah bosan pokoknya, susah dilawan. Itulah problem kita, karena kita tidak punya narasi,” itu, Fahri Hamzah mengkritik mantan aktivis reformasi yang kini menjadi Anggota DPR dari PDIP Adian Yunus Yusak Napitupulu, yang menolak BJ Habibie sebagai Presiden menggantikan Soehato, karena dianggap kaki tangan Soeharto dan Orba. “Saya dulu bentrok dengan temen-temennya mas Budiman Sudjatmiko, termasuk Mas Adian Napitupulu. Kenapa BJ Habibie ketika jadi Presiden, teman-teman mahasiswa tidak mengambil sedikit momen untuk membaca sejarah bahwa BJ Habibie ini, manusia yang lain. Dia datang membawa gagasan lain dalam negara, meskipun dia berada dibawah kekuasan Orde Baru. Dia ini orang Jerman, punya pikiran Eropa tentang konsep demokrasi,” ini, menurut Fahri, memiliki pespektif lain dalam berbangsa dan bernegara. Ia justru disalahkan gara-gara membela Habibie, padahal dia melihat Presiden RI ke-3 itu, memiliki konsep arsitektur bangunan sistem perpolitikan dan demokrasi di Indonesia. “Jadi sebagai bangsa kita punya problem itu. Kita selalu lebih tertarik kepada orang, daripada pada gagasannya. Habibie dianggap dari bagian dari Soeharto yang harus diturunkan dan dihancurkan,” yang telah berjalan 24 tahun ini, menurutnya, tidak memiliki bangunan arsitektur dari perubahannya, hanya sekedar mengakomodasi tuntutan mahasiswa seperti amandemen konstitusi, penghapusan Dwifungsi ABRI dan Otonomi Daerah. “Setelah 24 tahun reformasi, kalau kita mau mengevaluasi, maka bangunan pemerintahan itu harus memiliki fondasi dan narasi yang kuat agar bisa dipertahankan,” katanya. Sebab, gagasan yang diletakkan sebagai fondasi bangunan yang solid akan memelihara kebebasan dari sistem tersebut. “Makanya kita tidak punya masalah dengan para pemimpin, termasuk dengan Pak Jokowi Presiden Joko Widodo karena sudah dipilih rakyat, ya harus diterima, Ketua Umum Partai Gelora ini mengkritik Presiden Jokowi, karena Presiden dinilai ingin mengembangkan narasi kemajuan dengan mencontoh negara totaliter seperti China, bukan negara demokrasi.“Kita menginginkan antara demokrasi dan kesejahteraan harus jalan bersama-sama,” adalah penyerdehanaan pola keterpilihan pemimpin politik, jauh dari rekayasa politik. Karena saat ini, lanjutnya, muncul begitu banyak pemimpin yang didukung oligarki dan uang, padahal tidak memiliki kapasitas sebagai pemimpin.“Tiba-tiba balihonya muncul di mana-mana, karena dia punya uang, ini tidak fair. Sistem kita masih memfasilitasi kemewahan uang ini untuk memimpin, bukan kemewahan gagasan. Kalau orang seperti Mas Budiman Sujadmiko menjadi Presiden saya rela, tapi ini karena dia sekolah di luar negeri, punya uang banyak, menggunakan faslitas negara untuk populer, kita tolak karena orang seperti ini tidak punya gagasan,” Ketua Umum Nasional Pemuda Indonesia KNPI Muhammad Ryano Panjaitan meminta agar para aktivis reformasi tidak terjebak pada rasa penyesalan, karena akan membawa dampak pafa generasi berikutnya. “Kita tidak perlu terjebak di dalam penyesalan, tapi kita perlu mengawasi kinerja pemerintahan agar kebijakan-kebijakan yang dilahirkan sesuai amanat reformasi,” kata Ryano berharap semua pihak tidak berorientasi hanya kepada kekuasaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga harus mendukung program-program investasi dan enterpreneur. “Jadi narasi baru kita, adalah menciptakan aktivis enterpreneur yang jiwa kemandirian jiwa, kreativitas dan inovatif. Negara dikatakan maju, karena memiliki banyak entrepeneur, dan pemerintah perlu menggalakkan program enterpreuner ini,” Luki HerdianEditor Pahala Simanjuntak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh isu, figur, rekam jejak dan partai politik, baik secara parsial maupun secara simulatan terhadap partisipasi pemilih dalam pemilihan presiden tahun 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif karena menggunakan perhitungan statistik atau perhitungan angka. Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Jangkang kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 377 responden. Sumber data menggunakan sumber data primer yaitu didapatkan dari sumber pertama secara langsung dan data sekunder yang didapatkan dari sumber kedua berupa dokumen-dokumen. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner angket. Metode analisis data menggunakan uji validitas, reliabilitas dan normalitas instrumen data serta uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel isu X1 berpengaruh terhadap partisipasi pemilih Y t hitung sebesar 4,600 > t tabel sebesar 1,966 dan nilai sig sebesar 0,000 t tabel 1,966 dan sig sebesar 0,023 t tabel 1,966 dan sig 0,001 t tabel 1,966 dan sig 0,000 F tabel 2,396 dan sig 0,000 t table value 1,966 and sig value 0,000 t table 1,966 and sig value 0,023 t table 1,966 and sig value 0,001 t table 1,966 and sig value 0,000 F table 2,396 and sig value 0,000 < 0,05. It can be concluded that hypothesis H1, H2, H3, and H4 be accepted because it have significant effect. reformis [reformis] Kata Nomina kata bendaPengucapan réformisApa yang dimaksud dengan reformis? 1 orang yang menganjurkan reformasi; 2 orang yang mendukung reformasi Bagaimana cara mengucapkan reformis? Seseorang mengucapkan reformis sebagai berikut reformis termasuk kata apa? Kata reformis adalah Kata Nomina kata benda. Tip doubleclick kata di atas untuk mencari cepat [reformis] Arti reformis di KBBI adalah orang yang menganjurkan reformasi;. Lihat arti dan definisi di jagokata. Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Pusat Bahasa

orang yang mendukung reformasi